Aceh Tamiang – Tokoh aktivitis muda Aceh dan pegiat kontrol sosial Ketua Umum LSM Garang (Gerakan Aktivis Rakyat Aceh Tamiang) Chaidir Azhar, S.sos, menyatakan keprihatinannya terhadap maraknya kasus korupsi di Indonesia yang terus berulang tanpa adanya perubahan berarti. Ia mempertanyakan apakah kondisi ini akan terus bertahan tanpa ada pergeseran yang signifikan.sabtu,1/3/2025
Menurut Chaidir, praktik korupsi di Indonesia semakin menjadi-jadi dan tampaknya tidak ada efek jera bagi para pelakunya. Ia menilai, meskipun berbagai kasus besar terungkap, para koruptor masih merasa leluasa menjalankan aksinya tanpa rasa takut akan hukuman yang berat.
"Sudah bingung mau berkata apa akan semua kegilaan korupsi di negeri ini, karena seperti ga ada efek jera! " imbuhnya.
Sebagai solusi, Chaidir mengusulkan agar presiden Republik Indonesia atau pemerintah menerapkan hukuman yang lebih berat bagi para koruptor kelas kakap. Ia menilai bahwa hukuman mati serta perampasan aset seharusnya menjadi langkah tegas dalam memberantas korupsi yang merusak negara.
"Mungkin inilah saatnya hukuman mati dan perampasan aset diberlakukan untuk para koruptor jahat yang jelas-jelas telah merusak bangsa dan negara," tegasnya.
Pertamina menjadi sorotan diseluruh pelosok negeri akibat dugaan skandal pencampuran bahan bakar minyak (BBM) yang merugikan negara hingga Rp 193,7 triliun. Kasus ini melibatkan anak perusahaan Pertamina, yakni Pertamina Patra Niaga, yang diduga mencampurkan BBM bersubsidi dengan non-subsidi untuk meraup keuntungan besar secara ilegal.
Kejaksaan Agung mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 2018 hingga 2023, total kerugian negara akibat kasus korupsi mencapai Rp 968,5 triliun atau mendekati mencapai Rp 1.000 triliun. Dengan angka sebesar ini, skandal di Pertamina berpotensi menjadi salah satu kasus korupsi terbesar dalam sejarah Indonesia.
Komentar0